Krisis Nilai dan Urgensi Pendidikan Nilai di Indonesia Saat Ini Bhineka Tunggal Ika (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)
JURNAL
PEMBELAJARAN MODUL- 3
Krisis
Nilai dan Urgensi Pendidikan Nilai di Indonesia Saat Ini
Bhineka Tunggal Ika
(Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman
Identitas)
NENENG HODIJAH
201502824076/
200972530213
SMA S DWIWARNA (BOARDING SCHOOL)
BIDANG STUDI
PENDIDIKAN PANCASILA (PP)
PENDIDIKAN PROFESI
GURU TERTENTU
UNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA
2025
AKSI
NYATA TERBAIK PILIHAN SAYA, PADA MODUL-3
DOKUMENT AKSI NYATA Krisis Nilai
dan Urgensi Pendidikan Nilai di Indonesia Saat Ini Bhineka
Tunggal Ika (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai
Keragaman Identitas)
JURNAL PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila
Kelas/Fase :
X / Fase E
Sekolah : SMA Dwiwarna (Boarding School)
Tanggal Pelaksanaan : 20 Juni
2025
Materi Pokok :
Bhineka Tunggal Ika
(Mengenali, Menyadari, dan Menghargai
Keragaman Identitas)
A. Latar Belakang
Pada jurnal pembelajaran modul-2 saya, minggu lalu, saya menyampaikan bahwa dalam dunia pendidikan, seringkali kita terfokus pada pencapaian akademis peserta didik. Namun kita harus menyadari bahwa guru sangat berperan dalam menguatkan dan mengembangkan karakter peserta didik. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk peserta didik sebagai manusia yang memiliki karakter kuat. Indonesia menghadapi tantangan kompleks di era globalisasi, termasuk potensi pergeseran nilai akibat pertukaran budaya masif dan disrupsi teknologi digital. Media sosial, selain memudahkan akses informasi, juga membawa risiko penyebaran konten negatif dan individualisme. Sebagai bangsa majemuk, potensi konflik sosial-budaya dan isu lingkungan juga menuntut perhatian serius. Fenomena seperti kenakalan remaja dan bullying di sekolah menunjukkan adanya indikasi penurunan kualitas moral, yang sering dikaitkan dengan dampak negatif teknologi. Menghadapi tantangan ini, Pendidikan Nilai menjadi respons strategis dan mendesak dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan nilai dipandang sebagai fondasi esensial untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia yang utuh, berkarakter, cerdas, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab, sesuai amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Secara filosofis, pendidikan bertujuan memanusiakan manusia, dan pencarian makna serta pembentukan karakter adalah intinya. Filsafat pendidikan, seperti gagasan Philip H. Phenix, dapat memberikan landasan konseptual yang mendalam bagi praktik pendidikan nilai.
B. Permasalahan
:
1. Mengapa pendidikan nilai menjadi aspek penting dalam sistem pendidikan saat ini?
2. Bagaimana hubungan antara pendidikan nilai dengan karakter, moral, dan etika dalam kehidupan sehari-hari?
3. Fenomena sosial apa saja yang saat ini menjadi tantangan bagi pendidikan nilai di sekolah?
4.
Apa dampak perkembangan teknologi dan media sosial terhadap pembentukan
nilai-nilai dalam diri peserta
didik?
5. Apa peran pendidikan nilai dalam membentuk peserta didik agar lebih toleran terhadap keberagaman?
C. Memahami
Pendidikan Nilai: Definisi, Konsep Inti, dan Kaitannya dengan Moralitas dan
Etika
Pendidikan Nilai
adalah usaha sadar dan terencana untuk menanamkan, mengembangkan, dan
menginternalisasikan nilai-nilai tertentu pada peserta didik, guna membentuk etika,
moral, budi pekerti, dan karakter. Tujuannya adalah membentuk manusia Indonesia
seutuhnya ('insan kamil') yang matang secara intelektual, emosional, spiritual,
dan sosial.
Konsep-konsep
kunci terkait meliputi:
1. Nilai:
Keyakinan dasar tentang apa yang baik, benar, atau diinginkan, sebagai rujukan
pilihan dan
tindakan.
2. Moral:
Penilaian baik/buruknya perbuatan berdasarkan kaidah nilai yang berlaku.
3. Etika:
Kajian filosofis sistematis tentang
nilai dan prinsip moral.
4. Karakter: Perwujudan nilai dalam perilaku konsisten; kepribadian yang dinilai secara moral.
Pendidikan nilai
merupakan payung yang mencakup penanaman nilai (termasuk moral dan etika) untuk
membentuk karakter. Berbagai pendekatan telah berkembang, seperti penanaman
nilai langsung (inculcation), pengembangan penalaran moral (Kohlberg), analisis
nilai, dan klarifikasi nilai.
Pentingnya Pendidikan
Nilai dalam Konteks Keindonesiaan: Memperkuat Jati Diri Bangsa Berlandaskan
Pancasila UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 mengamanatkan pendidikan untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, serta
bertanggung jawab. Ini menegaskan bahwa pendidikan karakter dan nilai adalah
kewajiban.
a) Capaian
Pembelajaran (CP) Fase E
Peserta
didik mampu menginisiasi kegiatan bersama atau gotong royong dalam praktik
hidup sehari-hari untuk membangun masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia
berdasarkan nilai-nilai Pancasila;
b) Tujuan Pembelajaran (TP)
1. Peserta didik mengetahui, proses mempengaruhi yang
dilakukan baik melalui sikap, aktivitas maupun simbol tertentu. Interaksi
inilah yang membuat orang mengenali yang lain.
2. Peserta didik mengenali, latar belakang pengaruh
terciptanya Identitas kelompok dari asal
anggota yang bergabung didalamnya.
3. Peserta didik dapat menganalisis bagaimana tercipta
keunikan Indonesia dengan segala keberagamannya namun tetap terwujud kesatuan
4. Peserta didik dapat mensintesis kesepakatan tentang bagaimana interaksi dibangun di antara mereka ditengah keberagaman
c) Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP)
Peserta didik mampu menyajikan asal usul dan makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai modal sosial; membangun harmoni dalam keberagaman; dan mengenal gotong royong sebagai perwujudan sistem ekonomi Pancasila yang inklusif dan berkeadilan
3. Refleksi
Sebagai mahluk sosial, manusia melakukan interaksi dengan yang lain baik dilakukan oleh individu maupun antarkelompok. Pada aktivitas itu, ada proses mempengaruhi yang dilakukan baik melalui sikap, aktivitas maupun simbol tertentu. Interaksi inilah yang membuat orang mengenali yang lain.Proses mengenali yang lain berarti mengetahui secara interaktif bagaimana identitas atau jati diri kelompok tersebut. Identitas kelompok yang tercipta, mendapatkan pengaruh dari mereka yang menjadi anggotanya. Identitas sebuah grup merupakan hasil dari rumusan dan kesepakatan yang diharapkan bisa menjadi media bagi kelompok lain ketika hendak mengenalinya. Indonesia adalah negara yang memiliki dua identitas sekaligus; primordial dan nasional. Jika dalam identitas primordial kita melihat banyak sekali jati diri, tidak demikian halnya dengan identitas nasional. Dalam jati diri kita yang bersifat nasional itu, kita bersama-sama memiliki satu warna, satu identitas. Dengan begitu, keunikan Indonesia terletak pada keragaman sekaligus kesatuannya. Keragaman pada identitas kita yang bersifat primordial sementara kesatuan dan persatuan terletak pada jati diri kita yang bersifat nasional. Pada setiap perjalanan yang dilakukan oleh siapapun (individu maupun kelompok), mereka akan berjumpa perbedaan-perbedaan. Perjumpaan antara kebudayaan yang berbeda, kemudian mengharuskan adanya kesepakatan tentang bagaimana interaksi dibangun di antara mereka. Dalam perbedaan-perbedaan yang dijumpai tersebut, perlu sikap yang lebih dari sekadar mengenali dan menyadari, yakni menghargai tradisi yang lain. Meski kita memiliki kebanggaan atas jati diri yang kita miliki, sikap tersebut tidak lantas merendahkan identitas bangsa lain. Rasa hormat atas identitas sebagai sebuah bangsa yang memiliki peradaban luhur adalah sikap yang wajar dimiliki. Namun, bersamaan dengan sikap bangga terhadap kebudayaan yang kita miliki, harus juga ditunjukkan penghormatan atas budaya bangsa lain.
2) Asesmen
a) Asesmen Awal (Diagnostik) kognitif
Sebelum pembelajaran, siswa diberikan asesmen
diagnostik singkat (5-7 menit) berupa kuis dengan 4 pertanyaan:
a.
Bagaimana
mengenali identitas atau jati diri kelompok di wilayah tempat tinggalmu ?
(Menilai
pengetahuan dasar)
b. Dengan adanya 2 identitas sekaligus di Indonesia,
nasional dan primordialisme, jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut ?
(Menilai pengetahuan dan analisis lanjutan)
c.
Pada setiap
perjalanan yang dilakukan siapapun , baik kelompok maupun individu, mengharuskan
adanya kesepakatan tentang bagaimana sebaiknya interaksi di bangun dari adanya
keberagaman ?
(Menilai kemampuan analisis)
d. memiliki kebanggaan atas jati diri yang kita miliki
dan rasa hormat atas identitas sebagai sebuah bangsa, bagaimana membangun
kebersamaan 2 hal tersebut, ditengah keberagaman ?
(Menilai kemampuan analisis)
Hasil Pemetaan Kelompok:
• Kelompok
1 (Perlu Bimbingan):
Siswa yang
belum bisa menjawab pertanyaan 1 & 2 dengan benar. Membutuhkan bimbingan
konsep Bhineka Tunggal Ika (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman
Identitas)
• Kelompok
2 (Cukup Paham):
Siswa yang
dapat menjawab pertanyaan 1 & 2 dengan benar, namun masih bingung pada
pertanyaan (Mengenali, Menyadari, dan
Menghargai Keragaman Identitas)
• Kelompok
3 (Paham):
Siswa yang mampu menjawab ketiga pertanyaan dengan baik. Siap untuk analisis yang lebih mendalam.
b) Assesmen
Akhir (Sumatif)
Sebagai
produk akhir, siswa diberikan pilihan tugas berdasarkan kelompoknya:
Kalian dan teman kelompok akan diberikan beberapa kasus yang mencerminkan “Bhineka tunggal ika dalam studi kasus (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)) Kalian diminta untuk menganalisis kasus tersebut dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut
• Kelompok 1:
Membuat peta konsep (mind
map) mengenali identitas atau jati diri kelompok di
wilayah tempat tinggalmu
• Kelompok 2:
Membuat tabel perbandingan 2 identitas
sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme, jelaskan keunikan dari
keberagaman tersebut
• Kelompok 3:
Membuat infografis atau esai singkat (200 kata) yang menganalisis membangun kebersamaan diantara kebanggaan atas jati diri yang kita miliki dan rasa hormat atas identitas sebagai sebuah bangsa, ditengah keberagaman
3) Kegiatan Pembelajaran
(Alokasi Waktu: 90 Menit)
a)
Pendahuluan (15 Menit)
• Guru membuka pelajaran,
berdoa, dan memeriksa kehadiran.
• Apersepsi: Guru menampilkan cuplikan
video tentang mengenali identitas atau jati diri kelompok di
wilayah tempat tinggalmu
• Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan menjelaskan bahwa siswa akan belajar dalam
kelompok sesuai dengan
pemahaman awal masing-masing.
• Pelaksanaan Asesmen Diagnostik.
b) Inti (60 Menit) -
Pembelajaran Berdiferensiasi
Siswa duduk sesuai kelompok
hasil asesmen diagnostik.
• Aktivitas Kelompok 1 (Perlu Bimbingan - Bimbingan Intensif
Guru):
o Konten:
Teks bacaan sederhana dan video singkat (durasi 3-5 menit) tentang mengenali identitas atau jati diri kelompok di
wilayah tempat tinggalmu
o Proses:
Guru mendampingi kelompok ini, menjelaskan konsep-konsep kunci, dan memberikan
lembar kerja terbimbing (LKPD) untuk diisi bersama. Fokus pada mengenali identitas atau jati diri kelompok di
wilayah tempat tinggalmu
• Aktivitas
Kelompok 2 (Cukup Paham - Diskusi Kolaboratif):
o Konten: Teks informasi yang lebih detail dan matriks perbandingan
kosong.
o Proses:
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk mengisi matriks perbandingan 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan
primordialisme, jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut. Guru sesekali
memfasilitasi jika ada kesulitan. Fokus pada perbandingan dan pencarian
perbedaan/persamaan.
• Aktivitas Kelompok 3 (Paham - Riset Mandiri/Analisis):
o Konten:
Artikel/sumber belajar tambahan mengenai 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme,
jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut
o Proses:
Siswa secara mandiri atau dalam diskusi kecil menganalisis hambatan, tantangan 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan
primordialisme, jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut, Mereka mulai merancang
produk akhir mereka (infografis/esai). Fokus pada analisis "mengapa"
dan "bagaimana".
c) Penutup (15 Menit)
• Gallery
Walk: Perwakilan dari setiap kelompok membagikan hasil pembelajaran mereka.
Kelompok 1 menunjukkan peta konsepnya, Kelompok 2 menjelaskan tabel
perbandingannya, dan Kelompok 3 memaparkan temuan analisisnya. Ini memungkinkan
semua siswa melihat gambaran utuh dari yang sederhana hingga kompleks.
• Penguatan:
Guru memberikan penguatan dan menyimpulkan poin-poin pembelajaran utama,
menekankan nilai cinta tanah air, semangat nasionalisme dan berkebangsaan dalam
mengimplementasikan 2 identitas
sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme, jelaskan keunikan dari
keberagaman tersebut
• Guru
memberikan instruksi untuk penyelesaian tugas asesmen akhir di rumah.
• Refleksi
singkat: Siswa diminta menulis satu hal baru yang mereka pelajari hari ini di
sticky note.
D.
Kesimpulan
Pendidikan
nilai sangat penting di Indonesia untuk menghadapi tantangan global dan sosial,
serta membentuk karakter bangsa berlandaskan Pancasila. Filsafat Phenix
menawarkan landasan holistik yang menekankan pencarian makna. Tantangan
implementasi terletak pada internalisasi nilai yang mendalam, kapasitas guru,
budaya sekolah yang mendukung, dan sinergi tripusat pendidikan. Diperlukan
penguatan kapasitas guru, fokus pada kedalaman nilai, evaluasi berbasis bukti,
dan penguatan sinergi sekolah-keluarga-masyarakat untuk memastikan pendidikan
nilai berjalan efektif dan transformatif.
Ketika mereka
dihadapkan oleh asesmen yang menuntut mereka untuk berkreasi, mandiri dan
bertanggung jawa, pembelajaran sosial emosional dapat mengurangi stress dan
tekanan yang dialami dalam proses belajar. Dan pada akhirnya peserta didik mampu mencapai kebahagiaan dan keberhasilan
dalam hidup dengan keseimbangan antara kompetensi akademik dan sosial
emosional.
D. Refleksi
1) Refleksi Diri
a. Bagian
mana dari materi yang telah saya pahami, sedikit saya pahami, dan tidak saya
pahami sama
sekali?
b. Mengapa
saya tidak memahami sebagian materi?
c. Apa yang
harus saya kerjakan agar memahami semua materi?
Guru: Teladan
Nyata, Bukan Hanya Pengajar
Refleksi di banyak jurnal
mendukung satu hal: seorang guru harus lebih dulu mewujudkan nilai yang
diajarkan sebelum menanamkannya di kelas. Ketika guru menunjukkan integritas,
jujur dalam perkataan, sabar menghadapi keragaman murid, maka di situlah
pendidikan nilai hidup. , guru yang hanya bicara tanpa contoh akan sulit
menggugah hati siswa.
konsisten: biasakan nilai
positif di kegiatan sehari-hari, mulai dari disiplin waktu, tanggung jawab
membersihkan ruang kelas, hingga saling menghargai saat diskusi.
Selain itu, nilai bisa
meresap melalui lintas pelajaran. Misalnya, guru matematika menanamkan
kejujuran ketika siswa mengerjakan soal sendiri, atau guru IPS menekankan
toleransi saat membahas keberagaman.
Pembiasaan perlu diikuti
diskusi, debat nilai, atau menulis jurnal reflektif. Di sinilah siswa tidak
sekadar menerima, tetapi juga diajak berpikir kritis dan merasakan sendiri
manfaat nilai yang dipraktikkan.
2) Umpan Balik dari Teman
Sejawat
(Observasi
dilakukan oleh tiga rekan guru)
a)
Rekan Ari Rahayu:
Great integration, between the learning material
and soft skill in the teaching learning process, it will not only enhance
students academic ability, but also students soft skill
b) Rekan Andhika Radja;
Kombinasi PSE dan
diferensiasi yang luar biasa
c) Rekan Waryanto ;
3) Dokumentasi
Untuk melengkapi jurnal
ini, dilampirkan:
• Foto-foto kegiatan siswa saat bekerja dalam kelompok.
• Contoh hasil kerja siswa (peta konsep, tabel perbandingan, dan
draf infografis).
• Lembar Asesmen Diagnostik dan LKPD yang digunakan.
Foto-foto
kegiatan siswa
Hasil-hasil Pekerjaan Peserta Didik : (Sister School Forum and Festival dengan Morioka Chuo Jepang, Hunting Tower Australia, Memperingati hari-hari besar nasional, Pelaksanaan ibadah rutin)
Umpan Balik : (Respon dari rekan sejawat yang mengkritisi, menilai, mengamati tentang Krisis Nilai dan Urgensi Pendidikan Nilai di Indonesia Saat Ini Bhineka Tunggal Ika (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)
LKPD (Lembar Kerja
Peserta Didik)
Mata Pelajaran :
Pendidikan Pancasila
Kelas/Fase :
X / Fase E
Sekolah :
SMA Dwiwarna (Boarding School)
Tema :
Bhineka Tunggal Ika
Sub Tema
: (Mengenali,
Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)
Tujuan Pembelajaran :
1) Peserta didik mengetahui, proses mempengaruhi yang
dilakukan baik melalui sikap, aktivitas maupun simbol tertentu. Interaksi
inilah yang membuat orang mengenali yang lain.
2) Peserta didik mengenali, latar belakang pengaruh
terciptanya Identitas kelompok dari asal
anggota yang bergabung didalamnya.
3) Peserta didik dapat menganalisis bagaimana tercipta
keunikan Indonesia dengan segala keberagamannya namun tetap terwujud kesatuan
4) Peserta didik dapat mensintesis kesepakatan tentang
bagaimana interaksi dibangun di antara mereka ditengah keberagaman
5)
Alat dan bahan :
ü Lap top
ü Smart board
ü Kertas Buram
ü Spidol / pulpen
ü Aplikasi seperti
canva/ mind mapping/ menti meter
ü Sticky note
ü Kertas concorde
ü Penggaris
ü Pensil atau spidol
warna
6)
Prosedur kerja :
Sebagai produk akhir, siswa diberikan pilihan tugas
berdasarkan kelompoknya:
Kalian
dan teman kelompok akan diberikan beberapa kasus yang mencerminkan Kalian dan teman kelompok akan diberikan beberapa
kasus yang mencerminkan “Bhineka tunggal ika dalam studi kasus (Mengenali,
Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)) Kalian diminta untuk
menganalisis kasus tersebut dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut:
• Kelompok 1:
Membuat peta konsep (mind map) mengenali identitas atau jati diri kelompok di wilayah tempat
tinggalmu
• Kelompok 2:
Membuat tabel perbandingan 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme,
jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut
• Kelompok 3:
Membuat infografis atau esai singkat (200 kata) yang menganalisis membangun kebersamaan diantara kebanggaan atas jati
diri yang kita miliki dan rasa hormat atas identitas sebagai sebuah bangsa,
ditengah keberagaman
Table data :
Kisi-Kisi Wawancara bagaimana tantangan (Mengenali,
Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)
Variabel |
Indikator |
Deskriptor |
No.
Item Pertanyaan |
Implementasi
Bhineka tunggal ika (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai
Keragaman Identitas) |
Perbandingan 2
identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme, jelaskan
keunikan dari keberagaman tersebut |
Bernalar kritis |
1, 2, 3, 4, 5 |
Implementasi membangun
kebersamaan diantara kebanggaan atas jati diri yang kita miliki dan rasa
hormat atas identitas sebagai sebuah bangsa, ditengah keberagaman |
Tanggung jawab |
6, 7, 8, 9, 10 |
|
Tantangan dan
hambatan (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas) |
Responsive |
11, 12, 13, 14,
15 |
7)
Bahan diskusi :
Sederhananya, pendidikan nilai punya peran
penting untuk membentuk sikap dan kepribadian seseorang. Melalui pendidikan
inilah, seseorang belajar hal yang baik dan buruk maupun benar dan salah.
Tidak hanya itu, pendidikan nilai juga
mengajarkan bagaimana menyikapi kondisi-kondisi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari secara riil. Oleh karena itu, nilai-nilai yang diajarkan dalam
pendidikan nilai, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat, berkaitan
erat dengan hidup sehari-hari.
Di sisi lain, moral dan etika yang baik
adalah hasil pendidikan nilai yang baik pula. Tatkala seseorang atau terkhusus
siswa sekolah memahami nilai-nilai dengan baik, ia dapat lebih mudah menentukan
sikap yang tepat.
Begitu juga dengan keberagaman lain, yang
ditunjukan dalam karakter dan kepribadian siswa-siswi kita saat duduk di
jenjang perkuliahan atau kampus, bagaimana berinteraksi, berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda suku bangsa, latar belakang adat istiadat, Bahasa,
budaya dan lain-lain melalui pembelajaran moral, nilai, akhlak agar tidak
mengalami Krisis Nilai dan Urgensi Pendidikan Nilai di Indonesia Saat Ini Bhineka
Tunggal Ika (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)
Kesimpulan :
Tujuan utama pendidikan nilai bukan hanya
menjejalkan teori moral ke kepala siswa. Lebih dalam dari itu, ia membimbing
hati dan perilaku agar selaras dengan etika dan nilai-nilai universal. pendidikan
nilai adalah jalan bagi anak-anak untuk menanamkan tanggung jawab, empati, dan
kejujuran sejak dini. Hal ini yang membedakan mereka kelak ketika berada di
tengah masyarakat.
Gelombang budaya populer dan banjir
informasi di dunia digital menjadi tantangan nyata bagi generasi sekarang.
Tanpa penyangga moral, banyak yang goyah—mudah termakan hoaks, meniru perilaku
yang tak pantas, hingga tergoda pada hal-hal merusak. Karena itulah, pendidikan
nilai berfungsi sebagai pagar batin, membantu siswa mengenali mana yang patut
diikuti dan mana yang harus dihindari.
Saya kira apa yang dituanfkan Ibu cukup relevan pada keadaan sekarang. Dimana moral dan etika modal utama dalam pendidikan
ReplyDelete