Krisis Nilai dan Urgensi Pendidikan Nilai di Indonesia Saat Ini Bhineka Tunggal Ika (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)

 

JURNAL PEMBELAJARAN MODUL- 3

Krisis Nilai dan Urgensi Pendidikan Nilai di Indonesia Saat Ini

Bhineka Tunggal Ika

 

(Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)

 

 OLEH

 

NENENG HODIJAH

201502824076/ 200972530213

SMA S DWIWARNA (BOARDING SCHOOL)

BIDANG STUDI PENDIDIKAN PANCASILA (PP)

 

PENDIDIKAN PROFESI GURU TERTENTU

 

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

 

 

2025

 

 

 

 

 mohon komentarnya ya , makasih

 

 

AKSI NYATA TERBAIK PILIHAN SAYA, PADA MODUL-3

 

DOKUMENT AKSI NYATA

Krisis Nilai dan Urgensi Pendidikan Nilai di Indonesia Saat Ini

Bhineka Tunggal Ika

                         (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)

 

 

 

 

 

 


JURNAL PEMBELAJARAN

Nama Guru                           : Neneng Hodijah

Mata Pelajaran                    : Pendidikan Pancasila

Kelas/Fase                            : X / Fase E

Sekolah                                 : SMA Dwiwarna (Boarding School)

Tanggal Pelaksanaan         : 20  Juni  2025

Materi Pokok                       : Bhineka Tunggal Ika

                                                  (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)


A.        Latar Belakang

Pada jurnal pembelajaran modul-2 saya, minggu lalu, saya menyampaikan bahwa dalam dunia pendidikan, seringkali kita terfokus pada pencapaian akademis peserta didik. Namun kita harus menyadari bahwa guru sangat berperan dalam menguatkan dan mengembangkan karakter peserta didik. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk peserta didik sebagai manusia yang memiliki karakter kuat. Indonesia menghadapi tantangan kompleks di era globalisasi, termasuk potensi pergeseran nilai akibat pertukaran budaya masif dan disrupsi teknologi digital. Media sosial, selain memudahkan akses informasi, juga membawa risiko penyebaran konten negatif dan individualisme. Sebagai bangsa majemuk, potensi konflik sosial-budaya dan isu lingkungan juga menuntut perhatian serius. Fenomena seperti kenakalan remaja dan bullying di sekolah menunjukkan adanya indikasi penurunan kualitas moral, yang sering dikaitkan dengan dampak negatif teknologi. Menghadapi tantangan ini, Pendidikan Nilai menjadi respons strategis dan mendesak dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan nilai dipandang sebagai fondasi esensial untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia yang utuh, berkarakter, cerdas, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab, sesuai amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Secara filosofis, pendidikan bertujuan memanusiakan manusia, dan pencarian makna serta pembentukan karakter adalah intinya. Filsafat pendidikan, seperti gagasan Philip H. Phenix, dapat memberikan landasan konseptual yang mendalam bagi praktik pendidikan nilai.

B.    Permasalahan :

1. Mengapa pendidikan nilai menjadi aspek penting dalam sistem pendidikan saat ini?

2. Bagaimana hubungan antara pendidikan nilai dengan karakter, moral, dan etika dalam  kehidupan sehari-hari?

3. Fenomena sosial apa saja yang saat ini menjadi tantangan bagi pendidikan nilai di sekolah?

4. Apa dampak perkembangan teknologi dan media sosial terhadap pembentukan nilai-nilai dalam diri peserta

    didik?

5. Apa peran pendidikan nilai dalam membentuk peserta didik agar lebih toleran terhadap  keberagaman?

C.   Memahami Pendidikan Nilai: Definisi, Konsep Inti, dan Kaitannya dengan Moralitas dan Etika

Pendidikan Nilai adalah usaha sadar dan terencana untuk menanamkan, mengembangkan, dan menginternalisasikan nilai-nilai tertentu pada peserta didik, guna membentuk etika, moral, budi pekerti, dan karakter. Tujuannya adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya ('insan kamil') yang matang secara intelektual, emosional, spiritual, dan sosial.

Konsep-konsep kunci terkait meliputi:

1.     Nilai: Keyakinan dasar tentang apa yang baik, benar, atau diinginkan, sebagai rujukan pilihan dan

     tindakan.

2.     Moral: Penilaian baik/buruknya perbuatan berdasarkan kaidah nilai yang berlaku.

3.     Etika:   Kajian filosofis sistematis tentang nilai dan prinsip moral.

4.     Karakter: Perwujudan nilai dalam perilaku konsisten; kepribadian yang dinilai secara moral.

Pendidikan nilai merupakan payung yang mencakup penanaman nilai (termasuk moral dan etika) untuk membentuk karakter. Berbagai pendekatan telah berkembang, seperti penanaman nilai langsung (inculcation), pengembangan penalaran moral (Kohlberg), analisis nilai, dan klarifikasi nilai.

Pentingnya Pendidikan Nilai dalam Konteks Keindonesiaan: Memperkuat Jati Diri Bangsa Berlandaskan Pancasila UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 mengamanatkan pendidikan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, serta bertanggung jawab. Ini menegaskan bahwa pendidikan karakter dan nilai adalah kewajiban.

a)  Capaian Pembelajaran (CP) Fase E

Peserta didik mampu menginisiasi kegiatan bersama atau gotong royong dalam praktik hidup sehari-hari untuk membangun masyarakat sekitar dan masyarakat Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila;

b)    Tujuan Pembelajaran (TP)

1.    Peserta didik mengetahui, proses mempengaruhi yang dilakukan baik melalui sikap, aktivitas maupun simbol tertentu. Interaksi inilah yang membuat orang mengenali yang lain.

2.    Peserta didik mengenali, latar belakang pengaruh terciptanya  Identitas kelompok dari asal anggota yang bergabung didalamnya.

3.     Peserta didik dapat menganalisis bagaimana tercipta keunikan Indonesia dengan segala keberagamannya namun tetap terwujud kesatuan

4. Peserta didik dapat mensintesis kesepakatan tentang bagaimana interaksi dibangun di antara mereka ditengah keberagaman

c)     Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)

Peserta didik mampu menyajikan asal usul dan makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai modal sosial; membangun harmoni dalam keberagaman; dan mengenal gotong royong sebagai perwujudan sistem ekonomi Pancasila yang inklusif dan berkeadilan

3. Refleksi

Sebagai mahluk sosial, manusia melakukan interaksi dengan yang lain baik dilakukan oleh individu maupun antarkelompok. Pada aktivitas itu, ada proses mempengaruhi yang dilakukan baik melalui sikap, aktivitas maupun simbol tertentu. Interaksi inilah yang membuat orang mengenali yang lain.Proses mengenali yang lain berarti mengetahui secara interaktif bagaimana identitas atau jati diri kelompok tersebut. Identitas kelompok yang tercipta, mendapatkan pengaruh dari mereka yang menjadi anggotanya. Identitas sebuah grup merupakan hasil dari rumusan dan kesepakatan yang diharapkan bisa menjadi media bagi kelompok lain ketika hendak mengenalinya. Indonesia adalah negara yang memiliki dua identitas sekaligus; primordial dan nasional. Jika dalam identitas primordial kita melihat banyak sekali jati diri, tidak demikian halnya dengan identitas nasional. Dalam jati diri kita yang bersifat nasional itu, kita bersama-sama memiliki satu warna, satu identitas. Dengan begitu, keunikan Indonesia terletak pada keragaman sekaligus kesatuannya. Keragaman pada identitas kita yang bersifat primordial sementara kesatuan dan persatuan terletak pada jati diri kita yang bersifat nasional. Pada setiap perjalanan yang dilakukan oleh siapapun (individu maupun kelompok), mereka akan berjumpa perbedaan-perbedaan. Perjumpaan antara kebudayaan yang berbeda, kemudian mengharuskan adanya kesepakatan tentang bagaimana interaksi dibangun di antara mereka. Dalam perbedaan-perbedaan yang dijumpai tersebut, perlu sikap yang lebih dari sekadar mengenali dan menyadari, yakni menghargai tradisi yang lain. Meski kita memiliki kebanggaan atas jati diri yang kita miliki, sikap tersebut tidak lantas merendahkan identitas bangsa lain. Rasa hormat atas identitas sebagai sebuah bangsa yang memiliki peradaban luhur adalah sikap yang wajar dimiliki. Namun, bersamaan dengan sikap bangga terhadap kebudayaan yang kita miliki, harus juga ditunjukkan penghormatan atas budaya bangsa lain.

2) Asesmen

a) Asesmen Awal (Diagnostik) kognitif

Sebelum pembelajaran, siswa diberikan asesmen diagnostik singkat (5-7 menit) berupa kuis dengan 4 pertanyaan:

a.        Bagaimana mengenali identitas atau jati diri kelompok di wilayah tempat tinggalmu  ?

(Menilai pengetahuan dasar)

b.       Dengan adanya 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme, jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut ?

(Menilai pengetahuan dan analisis lanjutan)

c.        Pada setiap perjalanan yang dilakukan siapapun , baik kelompok maupun individu, mengharuskan adanya kesepakatan tentang bagaimana sebaiknya interaksi di bangun dari adanya keberagaman ?

(Menilai kemampuan analisis)

d.       memiliki kebanggaan atas jati diri yang kita miliki dan rasa hormat atas identitas sebagai sebuah bangsa, bagaimana membangun kebersamaan 2 hal tersebut, ditengah keberagaman ?

(Menilai kemampuan analisis)

Hasil Pemetaan Kelompok:

     Kelompok 1 (Perlu Bimbingan):

Siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan 1 & 2 dengan benar. Membutuhkan bimbingan konsep Bhineka Tunggal Ika (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)

     Kelompok 2 (Cukup Paham):

Siswa yang dapat menjawab pertanyaan 1 & 2 dengan benar, namun masih bingung pada pertanyaan   (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)

     Kelompok 3 (Paham):

Siswa yang mampu menjawab ketiga pertanyaan dengan baik. Siap untuk analisis yang lebih mendalam.

b) Assesmen Akhir (Sumatif)

Sebagai produk akhir, siswa diberikan pilihan tugas berdasarkan kelompoknya:

Kalian dan teman kelompok akan diberikan beberapa kasus yang mencerminkan “Bhineka tunggal ika dalam studi kasus (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)) Kalian diminta untuk menganalisis kasus tersebut dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut

     Kelompok 1:

Membuat peta konsep (mind map) mengenali identitas atau jati diri kelompok di wilayah tempat tinggalmu 

     Kelompok 2:

Membuat tabel perbandingan 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme, jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut

     Kelompok 3:

Membuat infografis atau esai singkat (200 kata) yang menganalisis membangun kebersamaan diantara kebanggaan atas jati diri yang kita miliki dan rasa hormat atas identitas sebagai sebuah bangsa, ditengah keberagaman

3) Kegiatan Pembelajaran (Alokasi Waktu: 90 Menit)

a) Pendahuluan (15 Menit)

     Guru membuka pelajaran, berdoa, dan memeriksa kehadiran.

     Apersepsi: Guru menampilkan cuplikan video tentang  mengenali identitas atau jati diri kelompok di

     wilayah tempat tinggalmu 

     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan bahwa siswa akan belajar dalam

     kelompok sesuai dengan pemahaman awal masing-masing.

     Pelaksanaan Asesmen Diagnostik.

b) Inti (60 Menit) - Pembelajaran Berdiferensiasi

Siswa duduk sesuai kelompok hasil asesmen diagnostik.

     Aktivitas Kelompok 1 (Perlu Bimbingan - Bimbingan Intensif Guru):

o    Konten: Teks bacaan sederhana dan video singkat (durasi 3-5 menit) tentang mengenali identitas atau jati diri kelompok di wilayah tempat tinggalmu 

o    Proses: Guru mendampingi kelompok ini, menjelaskan konsep-konsep kunci, dan memberikan lembar kerja terbimbing (LKPD) untuk diisi bersama. Fokus pada mengenali identitas atau jati diri kelompok di wilayah tempat tinggalmu 

     Aktivitas Kelompok 2 (Cukup Paham - Diskusi Kolaboratif):

o    Konten: Teks informasi yang lebih detail dan matriks perbandingan kosong.

o    Proses: Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk mengisi matriks perbandingan 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme, jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut. Guru sesekali memfasilitasi jika ada kesulitan. Fokus pada perbandingan dan pencarian perbedaan/persamaan.

     Aktivitas Kelompok 3 (Paham - Riset Mandiri/Analisis):

o    Konten: Artikel/sumber belajar tambahan mengenai 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme, jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut

o    Proses: Siswa secara mandiri atau dalam diskusi kecil menganalisis hambatan, tantangan 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme, jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut, Mereka mulai merancang produk akhir mereka (infografis/esai). Fokus pada analisis "mengapa" dan "bagaimana".

c) Penutup (15 Menit)

     Gallery Walk: Perwakilan dari setiap kelompok membagikan hasil pembelajaran mereka. Kelompok 1 menunjukkan peta konsepnya, Kelompok 2 menjelaskan tabel perbandingannya, dan Kelompok 3 memaparkan temuan analisisnya. Ini memungkinkan semua siswa melihat gambaran utuh dari yang sederhana hingga kompleks.

     Penguatan: Guru memberikan penguatan dan menyimpulkan poin-poin pembelajaran utama, menekankan nilai cinta tanah air, semangat nasionalisme dan berkebangsaan dalam mengimplementasikan 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme, jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut

     Guru memberikan instruksi untuk penyelesaian tugas asesmen akhir di rumah.

     Refleksi singkat: Siswa diminta menulis satu hal baru yang mereka pelajari hari ini di sticky note.

D.        Kesimpulan

Pendidikan nilai sangat penting di Indonesia untuk menghadapi tantangan global dan sosial, serta membentuk karakter bangsa berlandaskan Pancasila. Filsafat Phenix menawarkan landasan holistik yang menekankan pencarian makna. Tantangan implementasi terletak pada internalisasi nilai yang mendalam, kapasitas guru, budaya sekolah yang mendukung, dan sinergi tripusat pendidikan. Diperlukan penguatan kapasitas guru, fokus pada kedalaman nilai, evaluasi berbasis bukti, dan penguatan sinergi sekolah-keluarga-masyarakat untuk memastikan pendidikan nilai berjalan efektif dan transformatif.

Ketika mereka dihadapkan oleh asesmen yang menuntut mereka untuk berkreasi, mandiri dan bertanggung jawa, pembelajaran sosial emosional dapat mengurangi stress dan tekanan yang dialami dalam proses belajar. Dan pada akhirnya peserta didik  mampu mencapai kebahagiaan dan keberhasilan dalam hidup dengan keseimbangan antara kompetensi akademik dan sosial emosional.

 

D. Refleksi

1) Refleksi Diri

a. Bagian mana dari materi yang telah saya pahami, sedikit saya pahami, dan tidak saya pahami sama

    sekali?

b. Mengapa saya tidak memahami sebagian materi?

c. Apa yang harus saya kerjakan agar memahami semua materi?

Guru: Teladan Nyata, Bukan Hanya Pengajar

 

Refleksi di banyak jurnal mendukung satu hal: seorang guru harus lebih dulu mewujudkan nilai yang diajarkan sebelum menanamkannya di kelas. Ketika guru menunjukkan integritas, jujur dalam perkataan, sabar menghadapi keragaman murid, maka di situlah pendidikan nilai hidup. , guru yang hanya bicara tanpa contoh akan sulit menggugah hati siswa.

 

konsisten: biasakan nilai positif di kegiatan sehari-hari, mulai dari disiplin waktu, tanggung jawab membersihkan ruang kelas, hingga saling menghargai saat diskusi.

Selain itu, nilai bisa meresap melalui lintas pelajaran. Misalnya, guru matematika menanamkan kejujuran ketika siswa mengerjakan soal sendiri, atau guru IPS menekankan toleransi saat membahas keberagaman.

Pembiasaan perlu diikuti diskusi, debat nilai, atau menulis jurnal reflektif. Di sinilah siswa tidak sekadar menerima, tetapi juga diajak berpikir kritis dan merasakan sendiri manfaat nilai yang dipraktikkan.

 

2) Umpan Balik dari Teman Sejawat

(Observasi dilakukan oleh tiga rekan guru)

a)          Rekan Ari Rahayu:

Great integration, between the learning material and soft skill in the teaching learning process, it will not only enhance students academic ability, but also students soft skill

b)       Rekan Andhika Radja;

Kombinasi PSE dan diferensiasi yang luar biasa

c)      Rekan Waryanto ;

3) Dokumentasi

Untuk melengkapi jurnal ini, dilampirkan:

     Foto-foto kegiatan siswa saat bekerja dalam kelompok.

     Contoh hasil kerja siswa (peta konsep, tabel perbandingan, dan draf infografis).

     Lembar Asesmen Diagnostik dan LKPD yang digunakan.

Foto-foto kegiatan siswa



Hasil-hasil Pekerjaan Peserta Didik : (Sister School Forum and Festival dengan Morioka Chuo Jepang, Hunting Tower Australia, Memperingati hari-hari besar nasional, Pelaksanaan ibadah rutin)




Umpan Balik : (Respon dari rekan sejawat yang mengkritisi, menilai, mengamati tentang Krisis Nilai dan Urgensi Pendidikan Nilai di Indonesia Saat Ini Bhineka Tunggal Ika (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)


LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)

 

Mata Pelajaran                    : Pendidikan Pancasila

Kelas/Fase                            : X / Fase E

Sekolah                                : SMA Dwiwarna (Boarding School)

Tema                                    : Bhineka Tunggal Ika

Sub Tema                             : (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)

Tujuan Pembelajaran :

1)       Peserta didik mengetahui, proses mempengaruhi yang dilakukan baik melalui sikap, aktivitas maupun simbol tertentu. Interaksi inilah yang membuat orang mengenali yang lain.

2)       Peserta didik mengenali, latar belakang pengaruh terciptanya  Identitas kelompok dari asal anggota yang bergabung didalamnya.

3)       Peserta didik dapat menganalisis bagaimana tercipta keunikan Indonesia dengan segala keberagamannya namun tetap terwujud kesatuan

4)       Peserta didik dapat mensintesis kesepakatan tentang bagaimana interaksi dibangun di antara mereka ditengah keberagaman

5)       Alat dan bahan :

ü Lap top

ü Smart board

ü Kertas Buram

ü Spidol / pulpen

ü Aplikasi seperti canva/ mind mapping/ menti meter

ü Sticky note

ü Kertas concorde

ü Penggaris

ü Pensil atau spidol warna

6)       Prosedur kerja :

Sebagai produk akhir, siswa diberikan pilihan tugas berdasarkan kelompoknya:

Kalian dan teman kelompok akan diberikan beberapa kasus yang mencerminkan Kalian dan teman kelompok akan diberikan beberapa kasus yang mencerminkan “Bhineka tunggal ika dalam studi kasus (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)) Kalian diminta untuk menganalisis kasus tersebut dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut:

 

     Kelompok 1:

Membuat peta konsep (mind map) mengenali identitas atau jati diri kelompok di wilayah tempat tinggalmu 

     Kelompok 2:

Membuat tabel perbandingan 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme, jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut

     Kelompok 3:

Membuat infografis atau esai singkat (200 kata) yang menganalisis membangun kebersamaan diantara kebanggaan atas jati diri yang kita miliki dan rasa hormat atas identitas sebagai sebuah bangsa, ditengah keberagaman

Table data :

 

Kisi-Kisi Wawancara bagaimana tantangan (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)

Variabel

Indikator

Deskriptor

No. Item Pertanyaan

 

 

 

 

 

Implementasi Bhineka tunggal ika

 (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)

 

Perbandingan 2 identitas sekaligus di Indonesia, nasional dan primordialisme, jelaskan keunikan dari keberagaman tersebut

Bernalar kritis

1, 2, 3, 4, 5

Implementasi membangun kebersamaan diantara kebanggaan atas jati diri yang kita miliki dan rasa hormat atas identitas sebagai sebuah bangsa, ditengah keberagaman

Tanggung jawab

6, 7, 8, 9, 10

Tantangan dan hambatan (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)

Responsive

11, 12, 13, 14, 15

7)       Bahan diskusi :

Sederhananya, pendidikan nilai punya peran penting untuk membentuk sikap dan kepribadian seseorang. Melalui pendidikan inilah, seseorang belajar hal yang baik dan buruk maupun benar dan salah.

Tidak hanya itu, pendidikan nilai juga mengajarkan bagaimana menyikapi kondisi-kondisi tersebut dalam kehidupan sehari-hari secara riil. Oleh karena itu, nilai-nilai yang diajarkan dalam pendidikan nilai, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat, berkaitan erat dengan hidup sehari-hari.

Di sisi lain, moral dan etika yang baik adalah hasil pendidikan nilai yang baik pula. Tatkala seseorang atau terkhusus siswa sekolah memahami nilai-nilai dengan baik, ia dapat lebih mudah menentukan sikap yang tepat.

 

Begitu juga dengan keberagaman lain, yang ditunjukan dalam karakter dan kepribadian siswa-siswi kita saat duduk di jenjang perkuliahan atau kampus, bagaimana berinteraksi, berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda suku bangsa, latar belakang adat istiadat, Bahasa, budaya dan lain-lain melalui pembelajaran moral, nilai, akhlak agar tidak mengalami Krisis Nilai dan Urgensi Pendidikan Nilai di Indonesia Saat Ini Bhineka Tunggal Ika (Mengenali, Menyadari, dan Menghargai Keragaman Identitas)

 

Kesimpulan :

Tujuan utama pendidikan nilai bukan hanya menjejalkan teori moral ke kepala siswa. Lebih dalam dari itu, ia membimbing hati dan perilaku agar selaras dengan etika dan nilai-nilai universal. pendidikan nilai adalah jalan bagi anak-anak untuk menanamkan tanggung jawab, empati, dan kejujuran sejak dini. Hal ini yang membedakan mereka kelak ketika berada di tengah masyarakat.

Gelombang budaya populer dan banjir informasi di dunia digital menjadi tantangan nyata bagi generasi sekarang. Tanpa penyangga moral, banyak yang goyah—mudah termakan hoaks, meniru perilaku yang tak pantas, hingga tergoda pada hal-hal merusak. Karena itulah, pendidikan nilai berfungsi sebagai pagar batin, membantu siswa mengenali mana yang patut diikuti dan mana yang harus dihindari.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                                              

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

  1. Saya kira apa yang dituanfkan Ibu cukup relevan pada keadaan sekarang. Dimana moral dan etika modal utama dalam pendidikan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Hasil Telaah Merancang Pembelajaran dengan Teaching at The Right Level ( TaRL)